Menggapaimu lebih menyusahkan daripada
menggapai bukit tertinggi disini
Yah walaupun sama.
Sama sama jauh..sama sama membuatku lelah, sama sama beresiko dan sama sama
menguras seluruh tenagaku
Mendaki bukit sangatlah penuh dengan tanjakan, penuh rintangan. sama denganmu, ketika aku ditanjakan aku sudah merasa
akan sampai, namun ternyata masih jauh..bahkan sangatlah jauh
Dalam perjalananpun
terkadang aku harus tersandung kerikil,batu besar bahkan terkadang aku harus
terbiasa untuk jatuh
Ketika aku sudah
terlalu jauh untuk berjalan dan berlari mengejarmu, datanglah seseorang yang
mengejarku dari belakang dan memberiku sejuta kemudahan untuk keatas dan
menjamin keselamatanku. Dan aku sadar itu sebuah godaan yang sangat manis
Seperti layaknya
pendaki bukit yang memiliki tongkat penyangga untuk membantunya mencapai
puncak, aku pun juga memiliki tongkat itu yang kuberi nama sebuah Kesabaran
Diterpa bermacam
godaan apapun aku akan terus memegang teguh tongkatku, menolak semua tawaran
manis dan aku terus berjalan
Seiring berjalannya
waktu dan jarak yang kutempuh sudah lebih dari setengah perjalanan, tongkat
penyanggaku sudah mulai rapuh. Ya aku tau semua itu ada batasnya.
Terlalu banyak yang
kulewati dan sudah menguras banyak kesabaranku
Dan aku terus berharap
bahwa aku akan segera mencapai puncak, tapi terlalu sering aku berharap seperti
itu, terlalu sering dan terlalu menyakitkan jika mengingat semua berkata lain.
Dan disinilah aku
kehilangan arah, aku berada dipersimpangan dan aku gelap mata
Aku tak tau harus
bagaimana. Aku letih. Aku lelah
Kalau boleh memilih,
aku pasti akan memilih mundur karena aku sudah terlalu lelah, memilih kembali
seperti semula melupakan semua perjalanan ini dan mulai menghapus jejakmu
Namun aku berpikir
lagi. Tapi aku tak akan membiarkan seluruh perjalananku ini menjadi sebuah
kesiasiaan
Aku tak tau akan
berakhir seperti apa atau aku hanya mengejar sesuatu yang semu?
Tapi sebuah
kebahagiaan itu datang dari sebuah perjuangan,pengorbanan yang semuanya memliki
resiko
Dan aku memilih untuk
tetap mendaki, memikul sekarung harapan,dan melanjutkan perjalanan ini bersama
tongkat penyanggaku
* * *
Ternyata pilihan untuk
melanjutkan perjalanan itu terlalu salah dan terlalu berat untukku
Yang mana semakin
keatas aku merasa lebih sering terjatuh karena semakin banyak nya sesuatu yang
menyandungku, entah apapun itu
Dan semakin keatas aku
merasa selalu jatuh semakin sakit. Aku tau aku sudah terbiasa dengan rasa ini
Tapi wanita mana yang
tak sakit jika selalu berharap dan bertahan dengan diberi harapan
Dan semakin keatas aku
semakin membayangkan hal-hal aneh
Seperti aku melihat
sosokmu dipuncak yang terasa semakin dekat dan membuatku tenang dan damai..aku
merasa inilah yang kutunggu-tunggu. Lalu aku tersandung, kau menghilang dan aku
menyadari itu sebuah ilusi.
Lalu aku melihatmu
dengan sosok lain diatas sana, langkahku terhenti. Nafasku tercekat. Menelan
ludah terasa sulit, sesulit aku menelan kenyataan ini.
Akankah aku
melanjutkan perjalanan ini atau aku merapat ke pinggir jurang dan kembali
pulang lewat sana. Lagi-lagi aku tersandung dan sosokmu hilang, ya hanya ilusi
lagi. Dan aku bersyukur karena terlalu sakit untuk melanjutkan ilusi itu
* * *
Tak hanya sakit yang
kudapatkan dari perjalanan ini namun juga bahagia yang tak kudapatkan dimanapun
selain saat-saat aku bersamamu.
Yah walaupun bahagia
bersamamu sangatlah sulit didapat, bagai mencari jarum diantara jerami
Namun sangat
membahagiakan seperti oasis ditengah
gurun
Menunggu saat-saat itu
sangatlah tak mudah. Aku harus mencari sebuah kesempatan yang kemungkinannya
sangat kecil dan kemudian kebahagiaan itu kudapatkan meski datang dari sebuah
ketidaksengajaan
Namun saat-saat
bahagia itulah yang dinamakan sebuah harapan.
* * *
Semakin lama aku
berjalan dan bertahan, mulailah muncul
bermacam-macam pertanyaan dalam benakku dan berkelebat dipikiranku
Apakah kamu menyadari
keberadaanku?
Apakah kamu
menginginkan keberadaanku?
Apakah rasa yang kita
rasa berbeda?
Apakah kamu ragu padaku?
Atau kamu belum siap ?
Akankah kamu
menerimaku?
Dan akankah kamu
menggenggam tanganku untuk menarikku keatas ke puncak dan bahagia disana
bersamamu? Akankah itu terjadi?
Aku mulai terbebani
dengan semua pertanyaan yang kutanyakan pada diriku sendiri
Aku mulai terdiam dan
berhenti ditengah perjalanan
Dimana kamu sekarang?
Banyak pertanyaan yang harus kutanyakan padamu, tapi lidahku sudah terlanjur
kelu untuk sekedar berbicara sepatah kata padamu.
Diberi
harapan,terjatuh berkali-kali, melihat ilusi gila, dan dihujani pertanyaan
telah membuat tubuhku,pikiranku dan hatiku terlalu lelah untuk melangkah.
Perjalanan ku sudah
sangat jauh..sangat jauh. Tapi belum melihat tanda tanda keberadaanmu, dimana
kamu?
Dan sekarang...
Disini aku, dilereng
bukit ini meringkuk sendirian
Disini aku, duduk
bernaung langit gelap,dingin dan kosong
Disini aku berselimut
angin malam
Disini , ditanah yang
kujadikan tumpuan telah basah oleh tetesan air yang menembus peluhku, aku sudah
lelah untuk berpura-pura kuat
Dan disini aku sudah
setengah menyerah
Tapi aku masih
bertahan untuk menunggumu. Menunggu disini disisa perjalananku
Semuanya kuserahkan
padamu. Terserah apa yang akan kamu lakukan
Yang jelas disini aku
masih setia untukumu. Karena yang setia tidak diminta untuk menunggu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar