Sabtu, 10 November 2012


 Menggapaimu lebih menyusahkan daripada menggapai bukit tertinggi disini
Yah walaupun sama. Sama sama jauh..sama sama membuatku lelah, sama sama beresiko dan sama sama menguras seluruh tenagaku

Mendaki bukit sangatlah penuh dengan tanjakan, penuh rintangan. sama denganmu, ketika aku ditanjakan aku sudah merasa akan sampai, namun ternyata masih jauh..bahkan sangatlah jauh
Dalam perjalananpun terkadang aku harus tersandung kerikil,batu besar bahkan terkadang aku harus terbiasa untuk jatuh

Ketika aku sudah terlalu jauh untuk berjalan dan berlari mengejarmu, datanglah seseorang yang mengejarku dari belakang dan memberiku sejuta kemudahan untuk keatas dan menjamin keselamatanku. Dan aku sadar itu sebuah godaan yang sangat manis

Seperti layaknya pendaki bukit yang memiliki tongkat penyangga untuk membantunya mencapai puncak, aku pun juga memiliki tongkat itu yang kuberi nama sebuah Kesabaran

Diterpa bermacam godaan apapun aku akan terus memegang teguh tongkatku, menolak semua tawaran manis dan aku terus berjalan

Seiring berjalannya waktu dan jarak yang kutempuh sudah lebih dari setengah perjalanan, tongkat penyanggaku sudah mulai rapuh. Ya aku tau semua itu ada batasnya.
Terlalu banyak yang kulewati dan sudah menguras banyak kesabaranku

Dan aku terus berharap bahwa aku akan segera mencapai puncak, tapi terlalu sering aku berharap seperti itu, terlalu sering dan terlalu menyakitkan jika mengingat semua berkata lain.
Dan disinilah aku kehilangan arah, aku berada dipersimpangan dan aku gelap mata
Aku tak tau harus bagaimana. Aku letih. Aku lelah

Kalau boleh memilih, aku pasti akan memilih mundur karena aku sudah terlalu lelah, memilih kembali seperti semula melupakan semua perjalanan ini dan mulai menghapus jejakmu

Namun aku berpikir lagi. Tapi aku tak akan membiarkan seluruh perjalananku ini menjadi sebuah kesiasiaan
Aku tak tau akan berakhir seperti apa atau aku hanya mengejar sesuatu yang semu?
Tapi sebuah kebahagiaan itu datang dari sebuah perjuangan,pengorbanan yang semuanya memliki resiko
Dan aku memilih untuk tetap mendaki, memikul sekarung harapan,dan melanjutkan perjalanan ini bersama tongkat penyanggaku
   *   *  * 
Ternyata pilihan untuk melanjutkan perjalanan itu terlalu salah dan terlalu berat untukku
Yang mana semakin keatas aku merasa lebih sering terjatuh karena semakin banyak nya sesuatu yang menyandungku, entah apapun itu
Dan semakin keatas aku merasa selalu jatuh semakin sakit. Aku tau aku sudah terbiasa dengan rasa ini
Tapi wanita mana yang tak sakit jika selalu berharap dan bertahan dengan diberi harapan

Dan semakin keatas aku semakin membayangkan hal-hal aneh
Seperti aku melihat sosokmu dipuncak yang terasa semakin dekat dan membuatku tenang dan damai..aku merasa inilah yang kutunggu-tunggu. Lalu aku tersandung, kau menghilang dan aku menyadari itu sebuah ilusi.
Lalu aku melihatmu dengan sosok lain diatas sana, langkahku terhenti. Nafasku tercekat. Menelan ludah terasa sulit, sesulit aku menelan kenyataan ini.
Akankah aku melanjutkan perjalanan ini atau aku merapat ke pinggir jurang dan kembali pulang lewat sana. Lagi-lagi aku tersandung dan sosokmu hilang, ya hanya ilusi lagi. Dan aku bersyukur karena terlalu sakit untuk melanjutkan  ilusi itu
                                        *  * *
Tak hanya sakit yang kudapatkan dari perjalanan ini namun juga bahagia yang tak kudapatkan dimanapun selain saat-saat aku bersamamu.
Yah walaupun bahagia bersamamu sangatlah sulit didapat, bagai mencari jarum diantara jerami
Namun sangat membahagiakan seperti  oasis ditengah gurun
Menunggu saat-saat itu sangatlah tak mudah. Aku harus mencari sebuah kesempatan yang kemungkinannya sangat kecil dan kemudian kebahagiaan itu kudapatkan meski datang dari sebuah ketidaksengajaan
Namun saat-saat bahagia itulah yang dinamakan sebuah harapan.
* * *
Semakin lama aku berjalan dan bertahan,  mulailah muncul bermacam-macam pertanyaan dalam benakku dan berkelebat dipikiranku
Apakah kamu menyadari keberadaanku?
Apakah kamu menginginkan keberadaanku?
Apakah rasa yang kita rasa berbeda?
Apakah kamu ragu padaku?
Atau kamu belum siap ?
Akankah kamu menerimaku?
Dan akankah kamu menggenggam tanganku untuk menarikku keatas ke puncak dan bahagia disana bersamamu? Akankah itu terjadi?
Aku mulai terbebani dengan semua pertanyaan yang kutanyakan pada diriku sendiri
Aku mulai terdiam dan berhenti ditengah perjalanan
Dimana kamu sekarang? Banyak pertanyaan yang harus kutanyakan padamu, tapi lidahku sudah terlanjur kelu untuk sekedar berbicara sepatah kata padamu.

Diberi harapan,terjatuh berkali-kali, melihat ilusi gila, dan dihujani pertanyaan telah membuat tubuhku,pikiranku dan hatiku terlalu lelah untuk melangkah.
Perjalanan ku sudah sangat jauh..sangat jauh. Tapi belum melihat tanda tanda keberadaanmu, dimana kamu?
Dan sekarang...
Disini aku, dilereng bukit ini meringkuk sendirian
Disini aku, duduk bernaung langit gelap,dingin dan kosong
Disini aku berselimut angin malam
Disini , ditanah yang kujadikan tumpuan telah basah oleh tetesan air yang menembus peluhku, aku sudah lelah untuk berpura-pura kuat
Dan disini aku sudah setengah menyerah
Tapi aku masih bertahan untuk menunggumu. Menunggu disini disisa perjalananku
Semuanya kuserahkan padamu. Terserah apa yang akan kamu lakukan
Yang jelas disini aku masih setia untukumu. Karena yang setia tidak diminta untuk menunggu.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar